Sejak AJAX dikenal sekitar 3-4 tahun lalu para penyedia
layanan di internet rame-rame mengubah web dan layanan mereka agar
mendukung teknologi Web 2.0 seperti Ajax, dan user interface yang
bercirikan Web 2.0. Dimulai dari raksasa internet Google yang
meluncurkan produk-produk barunya kurang lebih 3 tahun yang lalu seperti
Gmail, kemudian dilanjutkan dengan Google Reader, Google Docs, dan
layanan Google lainnya, raksasa internet lainnya Yahoo mengikuti langkah
Google dengan mengubah tampilan web email mereka menjadi full Ajax dan
mirip desktop UI. Sebenarnya hal ini sangat membantu dan memberi
pengalaman interaksi komputer yang berbeda. Kita seperti menggunakan
aplikasi desktop pada layanan web tersebut. Akses ke menu dan
halaman-halaman menjadi lebih cepat, karena feature ajax yang tidak
perlu mereload seluruh halaman untuk sekedar mengganti konten suatu
halaman. Pengalaman internet berbeda dengan sebelumnya memberi sensasi
kenyamanan internet yang baik.
Apakah sensasi itu dirasakan semua orang? Hmmm tidak, termasuk saya
saat ini. Saya baru merasakan betapa teknologi baru justru akan malah
menyusahkan bila tidak diimbangi dengan perkembangan pendukung teknologi
tersebut. Sejak saya pulang kampung dari Bandung ke Sorowako, di kota
tambang Nikel terbesar di Indonesia yang berlokasi di Sulawesi Selatan
saya merasakan kesulitan akses internet yang sangat mengganggu saya.
Rutinitas mengunjungi beberapa website menjadi sangat terbatas
dikarenakan akses internet yang sangat parah. Akses internet di Sorowako
hanya memiliki 2 cara yaitu dialup Telkomnet Instan dan GPRS Telkomsel
atau Indosat. Saya sendiri memilih menggunakan GPRS Indosat karena tarif
yang lebih murah dibanding penyedia layanan lainnya. Namun
infrastruktur yang kurang seperti belum dicakup oleh 3G membuat akses
internet saya hanya menggunakan GPRS. Itupun GPRS yang sangat lambat.
Kalau di Bandung saya bisa memperoleh kecepatan akses hingga 5kbps namun
disini paling cepat juga 2kbps. Itupun terkadang dibawah 1 kbps dan
terkadang tidak bisa nyambung. Kondisi internet yang sangat tidak baik
tersebut membuat saya tidak dapat merasakan sensasi yang sama ketika di
Bandung berinternet dengan akses 3G XL dan HDSPA Indosat. Gmail? Saat
ini saya lebih memilih menggunakan pop3 ketimbang harus membuka Gmail
dari browser. Walaupun Gmail bisa diakses tanpa Ajax namun secara
default Gmail diload dengan Ajax yang hasilnya kemudian pesan gagal dan
diarahkan menggunakan webmail dengan HTML biasa. Apalagi Yahoo, dengan
iklan-iklan yang bertebaran dan dukungan Ajax membuat akses webmail
menjadi lebih lama dan terkadang gagal pada saat pertama kali membuka
layanan web email dari Yahoo tersebut.
Kenapa bisa terjadi? Web dengan Ajax menjadi susah dibuka pada saat internet lambat? Hal ini dikarenakan untuk mendukung tampilan menyerupai desktop maka web-web tersebut meload hampir semua komponen walaupun komponen itu tidak ditampilkan pada saat pertama kali di load. Setelah diload semua baru kemudian kita dapat merasakan manfaat AJAX dan Javascript. Karena perpindahan antar bagian tidak perlu diload secara keseluruhan cukup dengan men-switch tampilan dengan Javascript dan meload isinya dengan Ajax. Hasilnya lebih cepat karena tidak perlu meload lagi panel yang ingin ditampilkan karena telah diload pada saat pertama kali diakses namun disembuyikan terlebih dahulu. Hasilnya untuk pengguna internet lambat seperti saya pada saat pertama kali membuka website dengan full AJAX tersebut maka semua komponen yang diload membutuhkan waktu sangat lama dan terkadang hingga melewati timeout akses pada web tersebut dan dinyatakan gagal mengakses. Hasilnya website yang kita inginkan tidak bisa dibuka. Dengan percobaan dan reload beberapa kali baru website full AJAX bisa ditampilkan. Sungguh pengalaman yang tidak nyaman buat saya, dan mungkin buat pengguna internet yang lambat lainnya.
Selain itu penggunaan Javascript yang berlebihan seperti meload content dari server dengan XML membuat website melakukan loading content dan data pada sisi client bukan pada sisi server. Hal ini membuat client akan menghabiskan proses dan mungkin bandwith lebih banyak dari sebelumnya. Seharusnya content dan data diload dan digenerate oleh server dan langsung ditampilkan sebagai HTML pada saat pertama kali dibuka. Bukannya diload sabagai XML dan baru kemudian ditampilkan dengan Javascript. Beberapa contoh penggunakan Jquery UI, ExtJS, dan framework Javascript lainnya yang berorientasi pada user interface menggunakan XML untuk meload data ke browser bukan digenerate server sebagai HTML. Akibatnya browser akan melakukan request yang lebih banyak untuk meload data XML dari server. Padahal makin sedikit request maka akses akan lebih cepat dan hemat.
Seharusnya kemunculan teknologi AJAX bukan dipandang sebagai suatu teknologi web yang yang diterapkan pada semua bagian web. Ada beberapa bagian yang memang sangat cocok menggunakan AJAX namun ada beberapa bagian web yang sebaiknya tidak menggunakan AJAX. Bukankan kenyamanan pengguna diatas segalanya, bukan seberapa canggih website kita? Selain itu perkembangan teknologi harusnya didukung dengan perkembangan teknologi pendukungnya, karena kita tidak dapat memandang pengguna internet secara berpetak-petak. Website untuk AJAX bukan hanya ditujukan untuk pengguna broadband saja tapi harus dapat dinikmati semua pihak.
Kenapa bisa terjadi? Web dengan Ajax menjadi susah dibuka pada saat internet lambat? Hal ini dikarenakan untuk mendukung tampilan menyerupai desktop maka web-web tersebut meload hampir semua komponen walaupun komponen itu tidak ditampilkan pada saat pertama kali di load. Setelah diload semua baru kemudian kita dapat merasakan manfaat AJAX dan Javascript. Karena perpindahan antar bagian tidak perlu diload secara keseluruhan cukup dengan men-switch tampilan dengan Javascript dan meload isinya dengan Ajax. Hasilnya lebih cepat karena tidak perlu meload lagi panel yang ingin ditampilkan karena telah diload pada saat pertama kali diakses namun disembuyikan terlebih dahulu. Hasilnya untuk pengguna internet lambat seperti saya pada saat pertama kali membuka website dengan full AJAX tersebut maka semua komponen yang diload membutuhkan waktu sangat lama dan terkadang hingga melewati timeout akses pada web tersebut dan dinyatakan gagal mengakses. Hasilnya website yang kita inginkan tidak bisa dibuka. Dengan percobaan dan reload beberapa kali baru website full AJAX bisa ditampilkan. Sungguh pengalaman yang tidak nyaman buat saya, dan mungkin buat pengguna internet yang lambat lainnya.
Selain itu penggunaan Javascript yang berlebihan seperti meload content dari server dengan XML membuat website melakukan loading content dan data pada sisi client bukan pada sisi server. Hal ini membuat client akan menghabiskan proses dan mungkin bandwith lebih banyak dari sebelumnya. Seharusnya content dan data diload dan digenerate oleh server dan langsung ditampilkan sebagai HTML pada saat pertama kali dibuka. Bukannya diload sabagai XML dan baru kemudian ditampilkan dengan Javascript. Beberapa contoh penggunakan Jquery UI, ExtJS, dan framework Javascript lainnya yang berorientasi pada user interface menggunakan XML untuk meload data ke browser bukan digenerate server sebagai HTML. Akibatnya browser akan melakukan request yang lebih banyak untuk meload data XML dari server. Padahal makin sedikit request maka akses akan lebih cepat dan hemat.
Seharusnya kemunculan teknologi AJAX bukan dipandang sebagai suatu teknologi web yang yang diterapkan pada semua bagian web. Ada beberapa bagian yang memang sangat cocok menggunakan AJAX namun ada beberapa bagian web yang sebaiknya tidak menggunakan AJAX. Bukankan kenyamanan pengguna diatas segalanya, bukan seberapa canggih website kita? Selain itu perkembangan teknologi harusnya didukung dengan perkembangan teknologi pendukungnya, karena kita tidak dapat memandang pengguna internet secara berpetak-petak. Website untuk AJAX bukan hanya ditujukan untuk pengguna broadband saja tapi harus dapat dinikmati semua pihak.
0 komentar:
Post a Comment